Sekian banyak pilgub yang telah digelar, bisa jadi pilgub jawa timur adalah yang teralot. Alotnya persaingan mulai terasa saat sejumlah media menggelar debat cagub-cawagub. Debat-debat yang digelar, menggambarkan, paling tidak kelima pasangan kandidat pada putaran pertama, menguasai benar janji-janji yang mereka anggap paling manis.
Persaingan menjadi gubernur jatim pertama yang pilih langsung warganya pun semakin panas,saat putaran kedua harus digelar karena dari kelima calon tak ada satupun yang meraih suara minimal 30% sebagai syarat pemenang.
Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono dan Soekarwo-Saefullah Yusuf maju ke babak final. Si Kuda Hitam dan Kandidat Kuat pun bertarung ulang bersamaan US Election pada 4 Nopember lalu.
Berbeda dengan putaran pertama, tak ada satu media ( bahkan cetak ) pun yang coba-coba memprediksi siapa kandidat yang bakal unggul.
KPUD Jatim pun mengumumkan perhitungan manual. KPUD "memilih" Soekarwo dan saefullah Yusuf sebagai pemenang dengan selisih 60 ribu suara atau hanya 0.4 persen suara. Ini artinya sekitar 6 lembaga survey independen terbentur margin error!
Khofifah-Mudjiono, buru-buru siapkan gugatan ke KPUD,Mahkamah Konstitusi bahkan Dewan HAM PBB di New York ( untuk pertama kalinya ). Tentu pihak Khofifah-Mudjiono sangat antisipatif, karena laporan gugatan selesai sebelum batas tiga hari yang disediakan KPUD.
Meski dibilang alot bisa jadi hampir setengah warga Jatim tidak peduli akan berujung sperti apa pilgub jatim. Nyatanya Glput pilgub jatim putaran kedua, nayris 50%.
No comments:
Post a Comment